Berikut ini kutipan dari laman kompasprint.com yang mewawancarai tutor bahasa Esperanto Faktabahasa Bekasi yaitu Eko Nur Syah Hidayat mengenai sejarah bahasa esperanto didunia dan pengalamannya ke beberapa negara untuk mengikuti kongres-kongres internasional Esperanto.

Banyak orang menghabiskan jutaan rupiah untuk mengikuti kursus bahasa. Namun, setelah belajar lama, kefasihan tetap sulit didapat. Rupanya belum banyak yang tahu, ada satu bahasa internasional dengan tata bahasa sederhana dan teratur yang dapat dipahami hanya dalam waktu sekitar satu jam.

Eko Nur Syah Hidayat
Bahasa itu adalah Esperanto, bahasa internasional yang diciptakan Dr Ludovic Lazarus (Ludwik Lejzer) Zamenhof (1859-1917) dari Bialystok, Polandia. Ia menciptakan bahasa itu untuk menjembatani konflik antarsuku di wilayahnya meliputi suku Polandia, Rusia, Jerman, dan Yahudi. 
Zamenhof beranggapan, masalah utama dari konflik waktu itu adalah mereka tidak bisa saling berkomunikasi sehingga rentan memicu kesalahpahaman. Berangkat dari keprihatinan tersebut, dia mencoba membuat bahasa sederhana yang mudah dipahami semua orang.

Dengan nama samaran Doktoro Esperanto, pada 1887, Zamenhof menerbitkan buku pertamanya berjudul Internacia Lingvo (Bahasa Internasional). Dari kata samaran Esperanto (artinya orang yang berharap) itulah, ia menamakan bahasa internasional ciptaannya Esperanto.

Mudah dipelajari
Dalam buku kunci tata bahasa dan daftar kata Esperanto terbitan Asosiasi Esperanto Universal (2009) dijelaskan, prinsip dasar bahasa Esperanto dapat dipahami hanya dalam satu jam. Hal itu karena tata bahasanya sangat sederhana, teratur, dan tanpa adanya pengecualian. Berbeda dengan bahasa-bahasa lain, bahasa ini tak memiliki banyak akar kata.

Presiden Klub Esperanto Jakarta Eko Nur Syah Hidayat (22), di Jakarta, Sabtu (11/7), mengungkapkan, bahasa Esperanto hanya memiliki sekitar 1.500 kata dasar. Selebihnya, hanya dengan menambahkan imbuhan-imbuhan, akan muncul kosakata atau istilah baru. Misalnya, kata fermi yang berarti menutup. Jika ditambah awalan mal, akan menjadi malfermi yang berarti kebalikannya, yaitu membuka. Begitu juga bona yang berarti baik. Jika ditambahi awalan mal, menjadi malbona yang artinya buruk. 
Karena memiliki tata bahasa sederhana, Esperanto mudah sekali dipelajari. Sebagai penanda kata benda (nomina) diakhiri huruf O, kata sifat (adjektif) diakhiri huruf A, dan kata keterangan (adverbia) diakhiri huruf E. Adapun untuk menandai waktu sekarang, setiap kata diakhiri AS, waktu lampau IS, dan waktu yang akan datang OS.
Dalam pembelajaran yang intensif, penguasaan bahasa Esperanto sepersepuluh lebih mudah dibandingkan dengan bahasa lain. Hanya dengan belajar satu jam sehari, siapa pun bisa menguasai bahasa ini dalam waktu tiga bulan saja.

"Belajar Esperanto sangat menarik. Karena belajar bahasa ini, saya bisa mengikuti kongres-kongres internasional Esperanto di beberapa negara, seperti Vietnam dan Australia, bertemu dengan teman-teman Esperantis (orang-orang yang belajar dan berbahasa Esperanto) dari seluruh dunia," kata Eko.
Selain mudah dipelajari, bahasa Esperanto juga membantu penggunanya mengenali bahasa-bahasa lain. Berdasarkan penelitian, seseorang yang belajar bahasa Perancis selama empat tahun, jika dibandingkan dengan seseorang yang belajar bahasa Esperanto satu tahun sambil belajar bahasa Perancis tiga tahun, hasilnya justru orang kedualah yang lebih fasih bahasa Perancis. 

Esperanto merupakan bahasa netral karena bahasa ini bukan milik masyarakat atau negara tertentu, melainkan semua orang. "Esperanto sengaja diciptakan sebagai bahasa baru agar tidak ada satu pun bangsa yang merasa diuntungkan. Esperanto tidak mencerminkan bangsa apa pun karena ini adalah bahasa internasional bersama," tambah Eko yang mendalami Esperanto sejak empat tahun lalu.
Esperanto memiliki 28 huruf yang lima di antaranya adalah huruf vokal. Kosakata bahasa ini diserap dari beberapa bahasa, yaitu 75 persen dari bahasa Roma, 20 persen dari bahasa Jerman, dan 5 persen dari bahasa lain.

Dicap bahasa berbahaya
Di awal perkembangannya, Esperanto mengalami berbagai kendala. Bahkan, di beberapa negara, Esperanto sempat dianggap sebagai bahasa yang berbahaya hingga dicap bahasa komunis.
Hambatan lain adalah Perang Dunia I dan II yang sempat memutus komunikasi para Esperantis yang tersebar di sejumlah negara. Belum lagi kendala dari masalah ekonomi.
"Sekitar seperempat anggaran di negara-negara Eropa dialokasikan untuk kebutuhan penerjemahan bahasa. Jika pemanfaatan bahasa Esperanto meluas dan dimanfaatkan banyak orang, bisnis itu akan hilang," kata Heidi Margaretha Rosita Daniël Goes (39), pegiat Esperanto asal Belgia.

Kini, penggunaan bahasa Esperanto mulai meluas di kawasan Uni Eropa dan Amerika Latin. Di Asia, bahasa ini tumbuh subur, antara lain di Jepang, Tiongkok, Korea, dan Vietnam. Di Indonesia, pertumbuhannya kurang pesat dengan jumlah Esperantis baru berkisar ratusan orang.
Tokoh dunia yang menguasai bahasa Esperanto adalah mendiang Paus Yohanes Paulus II. Hingga sekarang, di Vatikan, setiap tahun Paus selalu mengucapkan selamat Natal kepada seluruh umat Katolik di dunia menggunakan beragam bahasa, termasuk Esperanto.

Di Eropa, beberapa universitas sudah membuka jurusan sastra Esperanto. Namun, di Indonesia bahasa ini belum banyak dikenal publik meski sudah tumbuh klub-klub Esperanto. Komunitas-komunitas klub Esperanto Indonesia berkembang di beberapa kota, antara lain Jakarta, Medan, Bandung, dan Yogyakarta. Di Jakarta, terdapat sekitar 40 anggota Klub Esperanto Jakarta. 
Setiap bulan, mereka belajar bersama di Plaza Semanggi dari buku-buku terbitan Asosiasi Esperanto Universal (yang terbitan bahasa Indonesianya telah tersedia). Selain bertemu langsung, mereka juga menjalin komunikasi lewat jejaring media sosial.

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 12 Juli 2015, di halaman 10 dengan judul "Cara Sederhana Tembus Sekat Dunia".